Fase menuju kepala tiga plus plus plus, cukup sangat menarik jika diamati. Semakin menjauhi energi berlebih yang menyita waktu, layaknya pertemuan sosial yang berujung nihil untuk kemajuan diri, atau tidak mengambil pusing orang sekitar yang mencoba mencari perhatian hingga stalking diri saya berlebihan. Cukup diam, dan block akses percakapan. Refleksi saya untuk hal tersebut cukup ringkes, selain karena sudah tidak mau ambil banyak pusing dan menguras energi, saya lebih mudah mengambil keputusan.
Apa ini disebut sindrom Post Truth Self? Post-Truth sendiri merupakan langkah kebijakan politik dan perdebatannya lebih mengutamakan emosi. Emosi dapat diandalkan untuk hal-hal yang bermanfaat dari sisi kebaikan diri, tapi Post Truth Self versi saya menjadi pelajaran baik dari segala pelajaran hidup ke belakang. Ternyata melelahkan jika terus menerus mengandalkan emosi dan ego diri, ingin didengar tapi realita tidak semenyenangkan itu, ingin berkompetensi sehat dan layak tapi terhantam kendala-kendala lainnya. Semua karena emosi meletup-letup, tidak ada ruang untuk berpikir jernih. Begitu banyak hal yang menjadi pertimbangan, dan menceritakan ke banyak orang juga bukan solusi, kinerja otak saya jadi semakin mudah mengambil sebuah langkah. Dan, Ramadan 1445 Hijriah menjadi tonggak utama saya mempraktekkan diri yang lebih mumpuni, ringan dan fokus perbaikan. PS : Teruntuk orang yang cukup mengganggu, mohon anda cari hobi lain.
0 Comments
Siang-siang memang asiknya mendengar lagu dan berpikir yang lucu-lucu sih, lagi asik mendengar lantunan Alina Baraz - To Me sembari menyelesaikan pekerjaan, eneng Alina Baraz nyanyi nih,
'Let me talk my shit Let me talk my shit and go Let me talk my shit Then I'll go' April kemarin, setelah selesai mengumpulkan energi untuk memberikan senyuman dan pelukan hangat kepada keluarga saat idul fitri, hati kembali memberikan ruangnya dalam menerima sebuah realita. Realita yang menyenangkan dan terus tumbuh menjadi 32 Tahun. Ucapan, doa dan harapan diberikan kepada sosok bernama siva. Tidak lepas dari keluarga dan kerabat yang memberikan banyak apresiasi kepada sosok tersebut. Selepas dari rasa haru, ya pasti ada hura hara yang tidak mungkin dilewatkan bukan? jadi selama menikmati beberapa minggu menjalani hari menjadi 32 tahun, sebuah angin menerjang. Diri ini beberapa kali dicap tinggi dan sombong. Kenapa hal itu terucap ya? bahkan langsung dari keluarga sendiri dan teman dekat. Setelah ditelisik, ungkapan-ungkapan tersebut dikeluarkan karena rasa khawatir mereka yang besar. Cemas dan gelisah. Tunggu, Kenapa mereka yang cemas ya? Apa diri ini terlalu pendiam dan melakukan apa-apa sendiri tanpa meminta bantuan, terlihat kuat dan kokoh? dan dianggap tidak perlu meminta pertolongan apapun? atau, apakah perempuan itu memang pada dasarnya harus dilindungi, dan harus BERUSAHA mencari perlindungan dengan validasi pasangan disampingnya? Gimana dong, memang belum aja ketemu :)) Meski begitu, sungguh beruntung dapat diberikan perhatian oleh orang-orang. Akan tetapi, meski beberapa hal sudah dimiliki dan menjadi rezeki mereka, haruskah saya menangis meraung-raung meminta rezeki yang sama dengan mereka? Tentu sudah, meski hal tersebut tidak diucapkan bahkan ditunjukkan. Hal privasi ini menjadi sebuah keindahan tidak berwujud yang hanya diadukan kepada Allah SWT. Prasangka dan penilaian orang disekeliling menjadikan Siva Armanda semakin bersyukur dan kuat. Bahwa, jalan tidak sama itu benar, dan dia semakin bersinar dijalannya. Peace, Love & Gaul, Siva Armanda Diberikan waktu-waktu terindah oleh Allah SWT, merupakan sebuah bentuk cinta yang tidak mungkin dapat terbalaskan oleh apapun. Memanfaatkan setiap detik dengan melantunkan dan mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, berdzikir, melaksanakan solat wajib dan sunnah dengan hati yang berdebar, memberikan banyak keberkahan kepada sesama kaum muslimin, merupakan sebuah gambaran kenyamanan yang hanya dapat dilihat di 10 malam terakhir Ramadan.
Meski saya harus merelakan beberapa hari kedepan tidak dapat mengikuti itikaf bersama keluarga, saya harus bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk meresapi suasana ini. Suasana Laylat Ul-Qadr 🤍 Memulai kembali di awal Tahun 2023, merupakan tema yang sangat pas guna menyambut Bulan Suci Ramadhan. Tidak ada sesuatu yang istimewa dirayakan, apalagi disambut secara berlebihan.
Teringat awal pandemi Tahun 2020, melaksanakan ibadah ramadhan begitu berbeda; kerap seperti terkurung, semua dibatasi dan penyakit yang menular merajalela. Dalam catatan tepatnya beberapa bulan setelah ramadhan 2020, diri ini mulai banyak mencatat berbagai kajian-kajian yang didengarkan secara rutin, khususnya Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri. Catatan pertama yang tertulis mengenai mengenai Antara Sabar dan Syukur. Tema Kesabaran pada Tahun 2020 hingga sekarang pun masih sangat berkesinambungan. Berdasarkan catatan yang tertulis;
Kenapa Kembali ke Awal? Manusia merupakan tempatnya kesalahan. Manusia setiap detiknya diberikan ujian-ujian guna menguji keimanan diri oleh Allah SWT. Dengan kembali ke awal, yaitu kembalinya diri mengingat Allah SWT; merupakan kunci sejatinya manusia dilahirkan ke dunia. Meski semua itu merupakan taufik yang diberikan oleh Allah SWT ditambah keterbatasan manusia dalam mengingat Allah SWT; Janganlah berputus asa untuk terus meraih taufiknya! Allah SWT memberikan taufik kepada hamba-hamba yang ia pilih, dengan itu Allah SWT menurunkan rasa syukur ke setiap hati hambanya, dan manusia akan menikmati segala pemberian Allah SWT dengan rasa syukur yang tidak berujung. Kembali ke Awal, Kembali bersamaNya, Allah SWT. Rasanya tahun ini lucu sekali, banyak pelajaran dan pengalaman yang didapat. Awal tahun yang naik turun, pertengahan tahun yang mendebarkan, serta akhir tahun yang berlimpah keberkahan. Padatnya aktivitas, menjadi lupa dengan kondisi kesehatan, berakibat terkena Covid-19 sebanyak 2 kali, dan keduanya membuat kondisi tubuh cukup kepayahan.
Ditengah-tengah padatnya sebuah aktivitas pekerjaan dan sosial, tidak luput diri ini dihadapi dengan kehidupan asmara yang lucu dan menggemaskan. Mengenal tiga pria di Tahun 2022, latar belakang berbeda-beda, ceritapun berbeda. Banyak yang dipetik untuk kedepan, bahwa sejatinya; Manusia itu tidak dapat memaksakan kehendaknya, maupun dipaksakan untuk mengambil sebuah keputusan. Meski mereka terlihat tertarik, tapi banyak konsekuensi yang memang sebaiknya dipikirkan masak-masak sebelum mengambil keputusan, dan tentu diberikan petunjuk oleh Allah SWT. Kesempatan besar lainnya ialah memberikan penghargaan untuk diri sendiri, dengan sebisa mungkin meluangkan waktu untuk mempersembahkan kebaikan jiwa dan raga. Banyak membaca, banyak mendengar kajian, mengedepankan Ibadah serta menceritakan banyak keseruan bersama keluarga. Terasa nikmat sebuah persembahan kecil tersebut, tentu untuk keseimbangan hidup dan akhirat. Dan, sebentar lagi memasuki Tahun 2023, bagaimana berakhirnya Tahun 2022 ini ya? Semoga selalu dalam perlindungan Allah SWT selalu. Dijaga seluruh ketakwaan dan keimanan kita untukNya. Kurang 4 bulan lagi memasuki Ramadhan 2023 dan diri ini akan bertambah usia 32 Tahun :) Hi!
Terasa lama sekali tidak menuliskan beberapa kata di blog ini. Mungkin karena teralihkan dengan micro-blog seperti twitter yang selalu saya kunjungi. Saat ini sudah memasuki bulan Oktober 2022, menuju penghujung akhir tahun dan menapaki jalan baru di tahun 2023. Mengejutkan, dan seperti tidak terasa ya. Dari bulan Januari hingga Oktober 2022, kehidupan saya dipenuhi dengan naik turunnya berbagai macam cobaan dan cobaan. Bersyukur cobaan yang saya terima selalu diiringi dengan kemudahan yang tidak berkesudahan. Tidak lagi berfokus kepada manusia, tetapi fokus kepada apa yang Allah SWT berikan, guna membekali diri ini untuk terus tumbuh. Allah SWT sesekali memberi izin untuk diri ini untuk menghadiri kajian-kajian, atau juga disela-sela pekerjaan yang menumpuk, Allah SWT memberikan diri ini untuk mendengar kajian melalui Youtube, diberi kesempatan untuk mengevaluasi diri disetiap hikmah cobaan agar menjadi pelajaran. Segala yang Allah SWT berikan memberikan ketenangan dan kebahagiaan pada diri ini. Semoga diri ini terus bisa istiqomah dan qonaah dengan pemberian Allah SWT. *lagi dengar Kajian Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri untuk Wanita Kitab Al-Wabilush Shayyib, mengenai Semua Pasti ada Hikmahnya. *coba dengar ya teman :) **btw saya balik lagi ke Kineruku, Bandung! **Starbucks ada menu lucu rasa blueberry Sesekali kepala ikut bergoyang ke kiri ke kanan disaat sedang menikmati playlist kesukaan, tangan tidak berhenti mengetikkan semua pekerjaan di hari-hari terakhir tahun 2021, mata melirik sekilas orang hilir mudik didepannya, notifikasi pekerjaan tidak berhenti bernyanyi dari layar telepon, kopi dingin yang menemani kerap dilupakan hingga mengeluarkan bulir-bulir keringat. Suasana yang tidak asing lagi bagi para pekerja di kota metropolitan ini. Terasa individual. Kehidupan yang beginilah terjadi setiap harinya di kepala saya. Sebagai anak yang lahir dan besar di Kota Metropolitan, menjadi sebuah kewajaran akan perjalanan hidup yang terasa sempit, pengak, riuh, ramai meski pada nyatanya seperti berjalan hanya melihat kedua kaki sendiri, menghindari kerikil. Layaknya menghindari kerikil penuh kotoran, jangan sampai mengotori sepatu baru mengilat, mengacaukan pandangan serta mood harian. Tetapi, pernah kan kalian mengalami hal tersebut, menginjak kotoran yang entah datang darimana, pula ditengah-tengah kota? Konteksnya begini, jangan fokus sama kotoran yang mengganggu mood harian kalian. Tapi, kacamata ini bagaimana memandang bahwa justru kita harus sesekali menginjak kotoran tersebut, untuk mengetahui langkah selanjutnya, tindakan apa yang sebaiknya diambil, boleh menangis atau tidak, atau bahkan keputusan liar lainnya seperti memaki si kotoran layaknya orang gila. Analogi apa sih ini? Kok ya mau mendapatkan risiko 'mengambil sikap saat menginjak kotoran'. Tepatnya, ini realita. Hidup di Kota, apalagi di usia dewasa, kehidupan bukan lagi romansa indah bak lantunan lagu-lagu sendu yang dapat menjebak pikiran. Dan, sikap yang paling mudah ialah menghadapi segala kemungkinan terbaik maupun terburuk kehidupan dengan berusaha tenang dan tumbuh tua. Tumbuh tua bukan hanya tua secara fisik, tetapi tua dalam pengalaman, berpikir, dan bertindak dan tetap mengikuti kemajuan zaman. Keputusan-keputusan diri dalam mengambil tindakan tidak lagi mengandalkan emosi semata, tetapi banyak mempertimbangkan banyak pilihan serta resiko. (foto) ceritanya sibuk melihat banyak kesempatan, dan cobaan. Akhirnya ya, jalanin saja, sembari membuka pintu-pintu baru.
Menjelang hari ke hari, memasuki usia berkepala tiga semakin tidak mudah. Tekanan demi tekanan terasa menghimpit waktu, suara hati tidak lagi didengar, hanya ketakutan dan kegelisahan orang disekitar yang menghantui, ditambah seperti tidak ada perkembangan yang signifkan dalam diri. Disaat semua banyak yang berteriak, rasanya bunga dalam diri ini terus menutup dirinya, mencari-cari ruang dan pintu yang dapat menahan dirinya tanpa diusik oleh benda-benda lain, bahkan ada yang berteriak begitu kencang ke salah satu sisi kepala, "kapan kamu bisa tumbuh baik kalau menghadapi sesuatu harus sembunyi?" begitu menyakitkan, bahkan kembali membuka luka-luka, tanpa sadar bunga ini takut mengecewakan semua pihak, beralih ingin menutup dirinya dibalik pintu, dan membutuhkan waktu untuk kembali keluar dan memikirkan setiap perkataan-perkataan yang menyakitkan dirinya.
30, Perempuan dan Tua. Semua menekan, seperti waktu akan habis bagi dirinya, kuncup dalam dirinya akan layu seiring waktu, tidak lagi menarik bagi awan-awan yang memutari lapangan hijau penuh bunga lainnya yang jauh lebih menarik. Bunga dalam diri, seperti enggan untuk tumbuh, karena suara-suara itu yang mempengaruhi jalan hidupnya, berusaha berkembang lebih baik dan tidak mengecewakan orang lain. Tapi, itu tidak pernah cukup. Selama diri ini dianggap masih terus melawan arah angin. Kegagalan demi kegagalan, menelan pahit dan menggerus madu yang habis dalam dirinya, tidak pernah disadari oleh orang lain, bahwa bunga dalam dirinya kembali menolak untuk tumbuh. Bukan maksud membuat banyak pihak sedih, tapi mungkin cukup sedih ini berhenti di diri ini, mungkin masih banyak hal yang harus dikerjakan, mungkin masih banyak perjalanan lain yang akan ditempuh, mungkin mungkin mungkin. Setelah diamati secara personal, banyak yang merasakan bahwa tahun yang terbaik adalah tahun 2019 ya? atau bahkan tahun lalu sebelum pandemi Covid-19? Saya setuju dan mengerti alasan-alasan itu semua, di lain sisi tidak hanya saya maupun keluarga inti yang merasakan desakan perubahan besar dalam hidup semenjak wabah ini menyebar, beberapa teman merasakan hal dan kegelisah bersama, naik turun, hingga ingin rasanya lari menghindar. Mari resapi rasa gelisah tersebut, memang ini saat harus menelan semua realita yang ada, dan apa yang kalian lihat? Carut marut hidup terasa seperti menaiki gunung yang sangat tinggi, dan sesak dada menghadapi kenyataan, rasa takut tidak bisa berhenti, dan semua cobaan yang tidak pernah berhenti menggebuk diri. Hidup untuk cobaan dan percobaan, menghadapi dan menjadi objek. Tidak ada yang bisa menyelamatkan kalian selain diri sendiri dan tentu Tuhan yang kalian percayai. Saya pun masih terus terseok-seok menyemangati dan menghargai diri untuk tetap tegar, tidak semua dapat saya tuangkan kepada keluarga maupun blog, selain ditelan sendiri dan mengadu kepada Yang Maha Kuasa. Banyak memang manusia yang tidak begitu mempercayai hal-hal kasat mata (seperti Tuhan), tapi bagi saya mengurangi beban dan berbagi cerita dalam menghadapi 6 bulan penuh percobaan ini kepada Allah SWT merupakan sebuah keringanan yang teramat sangat. Banyak hal yang Allah SWT berikan ke saya untuk terus bisa berdiri, dan tersenyum. Hal kecilpun seperti dapat bernapas dengan lega, mencium udara sekitar tanpa gangguan, makan makanan yang ada menjadi sebuah rasa syukur untuk saya. Memupuk rasa syukur saya atas perlindungan Allah SWT untuk saya, menjadi titik balik bahwa semua akan baik-baik saja. Jujur, saya mengetik ini jadi sedikit menangis tetapi saya begitu bahagia (MashAllah). Bahwa yakin semua akan baik-baik, meski diluar sana terasa menyesakkan, sempit, kecil menuju gerbang kematian. Ada ceramah kecil dari Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri, bahwa hanya kepada Allah SWT kita meminta pertolongan. Ini berlaku untuk semua manusia loh, jangan malu kalau kalian merasa hidup penuh dosa, karena pertolongan dan taufik dari Allah SWT lah yang paling valid, Allah SWT tidak akan pernah menceritakan kegelisahan kalian dengan siapapun, jelas valid kan? tapi ini teruntuk kalian yang mempercayai ya :) Semangat terus ya teman, kalian merupakan jiwa-jiwa kuat yang dipercayai tuhan dan alam untuk terus tumbuh dan dicintai. Selalu bersyukur bahwa kalian tetap dapat berdiri tegar hingga sekarang, di 6 bulan percobaan tahun 2021. Love, Siva. Sudah masuk tanggal 16 Januari 2021, mungkin dalam beberapa kali kedip sudah berada di akhir Januari, lalu bulan Ramadhan hingga nanti berjumpa dengan akhir 2021. Seperti kedipan mata, angin berhembus, turunnya dedaunan, hilir mudiknya manusia dipertengahan jalan besar sudirman, pagi ke malam, malam ke pagi. Semua terasa begitu cepat, dinamis, dan penuh cerita. Semua menjadi buah yang manis apabila kita melihatnya dengan kacamata yang berbeda,
Meski harus kita akui makanan pembuka (Entrée) di tahun 2021 ini cukup menyesakkan, pilu, penuh dengan derai air mata; Covid-19 yang tidak berkesudahan, longsor di Jawa Barat, Jatuhnya Sriwijaya Air, Kehilangan sosok besar Syekh Ali Jaber, lalu Banjir dan Gempa di Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan, Gunung Merapi yang tidak henti-hentinya terbatuk-batuk, dan entah apalagi bencana alam yang seperti terbangun secara bersamaan, ingin memberikan kegundahannya selama ini ke manusia-manusia serakah seperti kita. Terlalu kenyang melihat penganan pembuka ini, bahkan rasanya ingin muntah dan tertidur tidak mau melihat semua. Tapi, mungkin ini sebuah hal penting yang harus kita renungkan, sebagai makhluk yang kecil, bodoh, dan jahat. Apakah selama ini sikap kita sudah seimbang dengan alam? dengan satwa di luar sana? apa kita sudah adil? sudah? Jika diperkecil, hingga fokus ke diri saya sendiri, sayapun takut dan menggigil menghadapi dunia milik-NYA semata; sekalinya air laut membuncah; kita akan mati. Sekalinya gunung meletus, mengeluarkan debu vulkanik; kita akan mati. Sekalinya virus menyebar, dan tertanam di dada-dada; kita akan mati. Merenungkan ini semua; seperti akan tertuju ke sesuatu yang pasti; kematian. Apakah kita sebagai makhluk kecil ini, sudah siap menghadapi kematian? Saya seperti ingin menarik terus diri ini, mensyukuri apapun hal yang sudah atau akan terjadi. Manis, pahitnya di dunia seperti bumbu-bumbu sementara yang tidak akan selamanya saya rasakan kelak. Saya berdamai dengan hati dan pikiran yang selama bertahun-tahun tidak sepenuhnya satu suara, kini mereka tahu akan tujuan yang membawa ruh ini kelak, saya semakin yakin bahwa apa yang saya lihat sekarang, hanyalah sebuah visual serta gambaran samar saya akan dunia, mencoba merasakan bahagianya mendengar detak jantung normal, menarik dan menghembuskan napas dengan normal, berjalan dengan normal, melihat dengan normal, menulis dengan normal, hingga hal lainnya yang ternyata tanpa kita sadari, kita lupakan begitu saja. Saya begitu bersyukur ditemukan kembali keluarga baru, mencoba merutinkan diri untuk ber-tadabbur, menghargai semua kasih sayang, meluangkan waktu untuk berdiam diri, dan segala hal kecil lainnya. Semoga pembuka di awal tahun ini, tidak membuat kita semua putus asa. Karena, sejatinya, kita dilahirkan dan diberikan waktu oleh Tuhan di dunia; hanyalah menghadapi ujian-ujian yang tiada hentinya. Semoga kita selalu teguh dan kuat terus berjalan, hingga nanti siap untuk berhenti. |
Siva armandaHigh Spirit in person, Media Studies appreciator, Archives
March 2024
SIVA. |