pic: reo di swab (ki.), ka adit di ICU, menunggu masuk kamar RS. Sulianti Saroso (ka.)Rasanya seperti mimpi, mimpi yang terbukti nyata; COVID-19 datang ke keluarga kecil kami. Makhluk ciptaan Allah SWT yang konon hanya dapat disembuhkan melalui imun kita sendiri, dan pikiran-pikiran positif. Selama dua minggu, dari awal desember, menuju pertengah akhir tahun 2020 menjadi kunjungan pahit, pelajaran yang membuat saya sendiri kuat dan mencoba menegarkan anggota keluarga inti. Rasanya menyalahkan sebuah institusi penyebab berkumpulnya COVID-19 membingungkan juga, dikala pemasukan kita berasal dari institusi tersebut tetapi merupakan tempat tersebarnya corona. Karena siapa yang ingin terkena virus bandel ini? Berawal dari kakak ipar saya, dia merasakan badannya mulai tidak enak, terus menerus batuk, demam dan perlahan-lahan tidak dapat merasakan makanan dan minuman. Ia mengkhawatirkan istri dan anaknya, segera berinisiatif ke rumah sakit, tindakan cepat dan jelang beberapa hari, hasil keluar; Positif covid-19. Keluarga kami jelas bingung, selama ini kerja kombinasi WFH-WFO tidak memberikan efek apa-apa kepada kakak ipar, sayapun masih WFO-WFH juga tidak apa, bahkan beberapa kali bekerja di luar kota. Segera kami sekeluarga melakukan PCR Swab Test; Kakak perempuan, Ayah dan Ibu saya melakukan Swab Test di Rumah Sakit, Saya mendapat referensi dari kantor, lalu segera dipanggil puskesmas sesuai wilayah KTP, alhamdullilah kedua pekerja rumah tangga saya juga ikutserta melakukan swab test di puskesmas. Hasilnya Kakak saya yang sedang hamil, Ayah dan Ibu saya; Negatif covid-19. Sungguh sangat bersyukur, saya juga negatif begitu puskesmas H+3 mengabari saya. Tetapi kabar mengejutkan kembali; kedua pekerja rumah tangga saya; Positif covid-19, diikuti keponakan saya yang masih berusia 7 tahun; positif covid-19. Dengan jumlah 4 orang yang terkena, kami sekeluarga melakukan diskusi pelik dan menyesakkan. pic: menunggu antrian swab di Puskesmas Pulo GadungKakak ipar saya segera masuk ke RS. Sulianti Saroso, Ayah dan Ibu saya segera diisolasikan ke rumah bogor (karena ibu saya ada penyakit bawaan yang cukup serius; diabetes, kolesterol, darah tinggi), kedua mbak saya sungguh sulit diatur; mereka menolak untuk masuk ke rumah sakit, mereka setuju untuk beberapa hari isolasi di rumah kosong (kepunyaan keluarga kami); akan tetapi karena mereka kurang koperatif dan selalu mengelak sudah sehat, sembuh, mereka meminta pulang ke kampung halaman; kami sudah mengingatkan; jangan pulang! kalian membahayakan keluarga! tetapi sungguh sulit memberitahu ke kedua mbak saya tersebut; mereka akhirnya pulang ke kampung halaman dengan kondisi mungkin masih ada covid-19 di badan mereka masing-masing. Entahlah, harus berkata apa. pic: saya konsumsi ini untuk bertahanSejak rumah kosong, maka saya harus merelakan waktu dan tenaga untuk membantu kakak saya yang tengah hamil muda; dan menegarkan kakak saya, karena anaknya hanya mau isolasi mandiri di rumah (karena gejala yang dialami oleh keponakan tidak terlalu serius; panas tinggi, batuk, lemas, tidak dapat merasakan makanan dan minuman - layaknya tubuh saat terkena flu). Kami melakukan isolasi mandiri, tanpa kontak keluar sama sekali. Melelahkan, tetapi hanya itu yang dapat kami lakukan, juga kunci lain harus kuat, tegar dan imun yang sehat guna melawan virus bandel ini. Saat saya mulai merasakan tenggorokan gatal, segera saya kumur-kumur dengan betadine pagi dan sebelum tidur, meminum semua vitamin yang menjaga imunitas, banyak-banyak beribadah sih tentunya, dengan hati ikhlas karena semua ini sudah ketetapan dari Allah SWT. Hingga hari ini, 15 Desember 2020, situasi masih mengkhawatirkan, tetapi sangat bersyukur kepada Allah SWT, keponakan saya meski masih positif covid-19, hasil CT Value dia menunjukkan kebaikan yang signifikan, ia kembali ceria, tawa-tawa, lari sana-sini, kerap melawan saya karena bandel, tapi mending begitu kan? Senang melihat salah satu keluarga kembali sehat. Sudah beberapa hari kami berjalan pagi, agar mendapat udara segar. Semoga perlahan-lahan dengan mematuhi protokol, covid-19 ini pergi sendiri. Oh ya beberapa hal, setelah mengetahui keluarga kami terkena covid-19, kami memastikan satu sama lain; bahwa ini bukan aib, sama sekali bukan. Karena, harus meminta bantuan kemana lagi, kalau bukan keluarga? pic: rumah disinfektan, saya beli jellyplayground (ki.), beli buku dan perlengkapan APD warna pink (ka.)Rumah segera kami semprot disinfektan, ke apotik membeli banyak peralatan, dan menyenangkan dan menyemangati satu sama lain. Kami melakukan banyak jadwal ketat untuk keluarga; memakai masker di dalam dan luar rumah, mencuci tangan selalu, menyemprot ruangan, atau benda apapun dengan semprotan disinfektan, menyalakan air diffuser dalam rumah, meminum vitamin secara rutin, berjemur saat pagi (kalau ada matahari), istirahat dan membeli apa saja yang diinginkan; baik itu makanan, mainan atau apapun. Apapun saya lakukan juga untuk menjaga kesehatan mental keluarga, sayapun juga (maka saya membeli beberapa hal kesukaan). Selalu menjaga hubungan dengan teman meski hanya melalui smartphone, maupun sosial media cukup untuk saya, saya dapat merasakan mereka hadir guna menyemangati meski berjarak. Saya sedang menunggu hasil swab PCR ke-2, karena saya harus segera masuk kantor, dengan kondisi baik, saya juga tidak mau dong mengkhawatirkan teman sekantor. Oh ya, Swab PCR di RS. Omni Pulomas murah kok, hanya 900k (h+3 jadi). pic: antrian untuk di swab (ki.), harga swab di omni (ka.)Semoga pandemik ini segera lewat, dan tidak menjalar ke dirimu ya.
Aamiin.
0 Comments
|
Siva armandaHigh Spirit in person, Media Studies appreciator, Archives
March 2024
SIVA. |