Beberapa hari ini cukup chaos ya? Isu-isu politis yang menyetir sosial media membuat pikiran, hingga membawa ke psikis, menjadi sedikit lelah. Mari alihkan beberapa detik, menit atau kalau jika ada waktu luang, untuk sekedar melakukan hal-hal yang menaikkan imunitas kebahagiaan kalian. Tahun ini memang bukan tahun yang menyenangkan.
Keterbatasan untuk jalan-jalan sekedar menyambangi kota, negara lain menjadi terbatas. Tapi, harus saya akui ini tahun ini ke-3 kalinya saya ke kota Bandung, dan sebetulnya rekor juga saya bisa ke Bandung sebanyak 3 kali selama pandemi. Mungkin tanggal 12 Oktober 2020, jika tidak ada halangan, saya akan kembali ke kota tersebut. Ada keinginan kuat untuk menyambangi kota lainnya, seperti Cirebon, Semarang, Yogyakarta hingga Solo, atau bahkan kepikiran sekali melangkahkan diri ini sampai ke Blitar, Kudus, Kediri, Malang. Tetapi karena berbagai macam pertimbangan, tour de Java 2.0 menjadi tertunda; jelas karena covid-19. Alhasil saya dan keluarga lebih senang bermalam, dua malam di Kota Bandung. Kota Bandung terkenal dengan tempat bersantai, itu valid. Bukan tempat viral ya, karena tempat viral biasanya menjadi tempat terakhir jika saya ke Bandung, atau bahkan tidak sama sekali. Saya sangat suka kopi, kopi hitam, kopi susu tanpa gula, piccolo, affogato menjadi kegemaran saya apabila melimpir ke toko kopi. Tetapi, target sebuah toko kopi di Bandung sekarang tidak hanya rasa dari kopi itu sendiri, toko kopi menjual tempat, lokasi dan view. Di Jakarta pun begitu, meski hanya berlokasi di sudut Kota Jakarta, tetapi menjadi viral karena tempat yang nyaman untuk sekedar berkumpul bersantai, meski rasa kopi-nya jauh dari kata enak. Masagi Koffee, yang berlokasi di Ciumbuleuit, Kota Bandung, seperti rumah ke-3 saya setelah Jakarta dan Bogor. Rumah kopi itu memiliki halaman yang sangat luas, pepohonan besar-besar, dan tidak bising kalau kalian datang pagi hari pukul 07.30 WIB atau siang hari pada saat weekdays (hari biasa). Saya selalu menyempatkan menikmati kopi pagi disana, sekedar kontemplasi hingga sibuk bekerja karena harus Work From Home. Saya mengetahui rumah kopi ini karena melihat dari salah satu teman yang menggemari kamera analog, saya berpikir untuk berkunjung. Dan, tidak pernah berhenti ke Masagi. Saya suka toko kopi dengan suasana yang tidak terlalu sempit, mementingkan ketenangan dan rasa. Masagi memang pricey kalau dibandingkan toko kopi lainnya, tetapi selama saya suka, pasti saya akan kembali. Candu atau tidak, saya merasakan tenang dan nyaman selama duduk di Masagi, sekedar memesan piccolo, mendengar suara burung atau sesekali suara sapu (staf sedang membersihkan taman), ditemani sedikit matahari yang membuncah di tepi meja kopi, buku dan sunyi. Kalau kalian main kesini, ajak saya ya :)
0 Comments
|
Siva armandaHigh Spirit in person, Media Studies appreciator, Archives
March 2024
SIVA. |