Tanggal 31 Maret 2019, hari minggu. Menjadi hari yang cukup menyenangkan untuk saya dan sebagian teman, layaknya sudah lama tidak saling sapa dan bertukar kabar secara langsung. Perencanaan melaksanakan Bridal Shower untuk salah satu teman berjalan cukup baik dan lancar. Semua senang, semua kenyang. Ringkas cerita saat Bridal Shower, saya sampai duluan di lokasi, di daerah Wahid Hasyim, Jakarta Selatan. Tempat yang cukup terkenal guna pelaksanaan pesta kecil-kecilan ini. Bukan suatu kewajiban memang melaksanakan acara Bridal Shower, tapi memanfaatkan waktu guna bertemu teman yang sedang balik ke Jakarta dan acara bersyukur untuk teman yang akan menempuh perjalanan baru, menuju pernikahan. Bukan me-label-kan diri mengikuti tren masa kini yang mengelu-elukan acara wajib layaknya pendeklarasian kedekatan dan untuk menunjukkan kalau kami ini, “friendship goals banget.” Bukan sih. Hanya saja merasa waktu yang sangat pas sekali untuk saling silaturahim karena selama ini terbentur waktu dan kegiatan sehari-hari. Pembicaraan bersama teman belasan tahun juga mengimbangkan sejalannya waktu. Waktu tidak mungkin berbohong mengenai usia dan bahan obrolan. Dari saling menguatkan diri untuk tetap berdiri di kaki sendiri, selama masih diberikan waktu sebelum menikah, banyaknya menabung, banyaknya menikmati travelling selama kesempatan itu ada, sebelum menyambut masa. Masa pernikahan dan menjalaninya ke depan. Kita saling merenung dan menyemangati, bukannya diisi dengan saling mencemooh teman yang akan menikah, mencorat-coret isi mukanya, mempermalukan ia didepan umum, membahas hal-hal dewasa yang cukup seronok. Hal tersebut kita selalu skip, meski tetap mengusung tema Bridal Shower yang cantik dan apik, pembicaraan tetap berlawanan dengan segala kemungkinan terbaik maupun terburuk menghadapi pernikahan. Awalnya saya memandang bahwa Bridal Shower merupakan tugas yang merepotkan, ya kalian tahu kan, sedang weekend dan dapat "tugas". Saya sedikit apatis dan menganggap hal ini membosankan, canggung, atau tidak nyaman, karena termakan artikel-artikel yang memandang tidak baik dan buruknya mengadakan Bridal Shower, dan efek setelahnya. Tetapi perspektif saya cukup terpatahkan, karena saya berpikir berbeda setelah dua kali menghadiri Bridal Shower bersama teman dekat saya. Meski repot, karena membantu beberapa kebutuhan dekor, belum dikejar waktu, tetapi sehabis itu, kita akan saling membahas kesanggupan diri masing-masing guna menyambut masa. Kesiapan mental saya mendengar rekan akan cobaan-cobaan sebelum menikah menjadikan pelajaran yang baik untuk saya, ditambah mendengar opini-opini teman yang sudah menjalani pernikahan, sangat hebat dan tangguh, meski krikil-krikil kehidupan akan terus menghantam kiri dan kanan. Saling menguatkan satu sama lain dan tertawa dalam kepedihan masing-masing, tapi itulah hidup, tidak bisa selamanya meraih yang selalu bahagia maupun selalu sedih. Keseimbangan tertawa bersama teman juga salah satu aspek kehidupan yang baik bagi beberapa manusia, meski Bridal Shower masih akan selamanya menjadi sebuah acara yang dipandang sebagai budaya kesia-siaan (dengan bertebarannya artikel menentang Bridal Shower), saya disini memetik kebahagiaan satu dua hal dapat berkumpul di momen-momen bersama teman, dengan memeriahkan suasana layaknya pesta kecil tetapi tidak memalukan teman dan saling menguatkan untuk tetap 'You Go: Cause you have to!' meraih mimpi, menjadi pengantin, merawat dan membesarkan anak, menjadi periset dan segala pembicaraan guna menyambut masa, mengalir dengan hangat di hari minggu itu.
0 Comments
|
Siva armandaHigh Spirit in person, Media Studies appreciator, Archives
March 2024
SIVA. |