Sesekali kepala ikut bergoyang ke kiri ke kanan disaat sedang menikmati playlist kesukaan, tangan tidak berhenti mengetikkan semua pekerjaan di hari-hari terakhir tahun 2021, mata melirik sekilas orang hilir mudik didepannya, notifikasi pekerjaan tidak berhenti bernyanyi dari layar telepon, kopi dingin yang menemani kerap dilupakan hingga mengeluarkan bulir-bulir keringat. Suasana yang tidak asing lagi bagi para pekerja di kota metropolitan ini. Terasa individual. Kehidupan yang beginilah terjadi setiap harinya di kepala saya. Sebagai anak yang lahir dan besar di Kota Metropolitan, menjadi sebuah kewajaran akan perjalanan hidup yang terasa sempit, pengak, riuh, ramai meski pada nyatanya seperti berjalan hanya melihat kedua kaki sendiri, menghindari kerikil. Layaknya menghindari kerikil penuh kotoran, jangan sampai mengotori sepatu baru mengilat, mengacaukan pandangan serta mood harian. Tetapi, pernah kan kalian mengalami hal tersebut, menginjak kotoran yang entah datang darimana, pula ditengah-tengah kota? Konteksnya begini, jangan fokus sama kotoran yang mengganggu mood harian kalian. Tapi, kacamata ini bagaimana memandang bahwa justru kita harus sesekali menginjak kotoran tersebut, untuk mengetahui langkah selanjutnya, tindakan apa yang sebaiknya diambil, boleh menangis atau tidak, atau bahkan keputusan liar lainnya seperti memaki si kotoran layaknya orang gila. Analogi apa sih ini? Kok ya mau mendapatkan risiko 'mengambil sikap saat menginjak kotoran'. Tepatnya, ini realita. Hidup di Kota, apalagi di usia dewasa, kehidupan bukan lagi romansa indah bak lantunan lagu-lagu sendu yang dapat menjebak pikiran. Dan, sikap yang paling mudah ialah menghadapi segala kemungkinan terbaik maupun terburuk kehidupan dengan berusaha tenang dan tumbuh tua. Tumbuh tua bukan hanya tua secara fisik, tetapi tua dalam pengalaman, berpikir, dan bertindak dan tetap mengikuti kemajuan zaman. Keputusan-keputusan diri dalam mengambil tindakan tidak lagi mengandalkan emosi semata, tetapi banyak mempertimbangkan banyak pilihan serta resiko. (foto) ceritanya sibuk melihat banyak kesempatan, dan cobaan. Akhirnya ya, jalanin saja, sembari membuka pintu-pintu baru.
0 Comments
|
Siva armandaHigh Spirit in person, Media Studies appreciator, Archives
March 2024
SIVA. |