Masuk bulan ke berapa ini? Bagaimana keadaan diluar sana? Aman tidak ya mengunjungi beberapa tempat? Harus memakai sarung tangan dan masker selama berbelanja? Teman sekantor dinyatakan positif Covid-19? Apa saya harus mengambil langkah dan swab test juga? Tapi, karena tidak dicover bagaimana saya membayarnya? Sudah di rapid, tapi apa itu saja cukup membuat rasa aman pada diri saya? Siapa yang akan menanggung rasa aman, sampai vaksin ditemukan? Pertanyaan-pertanyaan 3 bulan selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menumpuk silih berganti ke dalam pikiran tanpa malu-malu. Pekerjaan menjadi tidak selesai tepat waktu, gelisah serta kurang tidur. Tetapi selama 3 bulan dihantui rasa cemas, saya kembali berpikir; ini hanya sementara, kalaupun akan terus menggelayuti kehidupan manusia, semua pasti ada jalan keluarnya. Bagaimana akhirnya? Tidak ada yang tahu, karena ini belum berakhir. Keluarga saya merupakan rasa syukur terbesar saya selama masa karantina, saling menyemangati dan mengisi satu sama lain, saling mengingatkan, saling memeluk dan merangkul. Selama bulan Ramadhan 2020 kemarin juga merupakan bulan titik perubahan saya; selepas Ramadhan, lebaran hingga sekarang sudah memasuki fase 1 - Pembatasan Sosial Berskala Lokal (PSBL), saya memulai berkomitmen ke diri sendiri; tidak akan kalah dengan keadaan. Bagaimana menyikapi diri hingga keluarga agar tenang menghadapi pandemik ini? Ya sebagian memiliki metode masing-masing, per keluarga hingga per individu. Selain saling memeluk, saya kerap kali berbincang apapun bersama kedua orangtua, kakak saya hingga keponakan kecil saya. Hari ini kita ngapain ya selepas bekerja? Ada rekomendasi masak apa lagi ya hari ini? Apapun topik yang diangkat, merupakan kunci kebahagiaan kami.
Apalagi saya juga telah melewati minggu yang cukup berat, hingga tidak tahan untuk menangis, tetapi airmata yang saya keluarkan tidak lagi seperti dulu; sakitnya saya, merupakan lukanya keluarga. Hiburan, kasih sayang, kata-kata penyemangat merupakan bentuk rasa syukur saya selama pandemik 2020 ini. Selepas PSBB memasuki PSBL, kami mulai memberanikan diri untuk mengunjungi kota Bandung. Asal tidak ke kerumunan, memakai masker, dan mencuci tangan secara berkala, perjalanan ke kota Bandung menjadi cukup menghibur, meski repot ya. Selama perjalanan menjadi lebih menghargai hal kecil yang dulunya dianggap biasa; Nikmatnya roti yang dikupas selagi hangat, dan dimakan secara perlahan, dengan mata memandangi hutan-hutan kecil berbunyi tongeret disekitar, menunggu kopi kesukaan datang, di toko kopi yang rimbun dengan pepohonan. Sungguh indah melepas penat, tapi ya tidak melulu membicarakan kenikmatan. Karena musuh yang sedang kita hadapi tidak mengenal kata istirahat, apalagi senang-senang. Terpenting untuk saya saat ini selain bersama keluarga, menjaga diri juga jiwa raga agar tetap terus berjalan di masa-masa sulit. Semoga kita terus dapat bersyukur dengan segala metode. Ingat! Tetap waras :)
0 Comments
|
Siva armandaHigh Spirit in person, Media Studies appreciator, Archives
March 2024
SIVA. |