Sudah masuk tanggal 16 Januari 2021, mungkin dalam beberapa kali kedip sudah berada di akhir Januari, lalu bulan Ramadhan hingga nanti berjumpa dengan akhir 2021. Seperti kedipan mata, angin berhembus, turunnya dedaunan, hilir mudiknya manusia dipertengahan jalan besar sudirman, pagi ke malam, malam ke pagi. Semua terasa begitu cepat, dinamis, dan penuh cerita. Semua menjadi buah yang manis apabila kita melihatnya dengan kacamata yang berbeda,
Meski harus kita akui makanan pembuka (Entrée) di tahun 2021 ini cukup menyesakkan, pilu, penuh dengan derai air mata; Covid-19 yang tidak berkesudahan, longsor di Jawa Barat, Jatuhnya Sriwijaya Air, Kehilangan sosok besar Syekh Ali Jaber, lalu Banjir dan Gempa di Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan, Gunung Merapi yang tidak henti-hentinya terbatuk-batuk, dan entah apalagi bencana alam yang seperti terbangun secara bersamaan, ingin memberikan kegundahannya selama ini ke manusia-manusia serakah seperti kita. Terlalu kenyang melihat penganan pembuka ini, bahkan rasanya ingin muntah dan tertidur tidak mau melihat semua. Tapi, mungkin ini sebuah hal penting yang harus kita renungkan, sebagai makhluk yang kecil, bodoh, dan jahat. Apakah selama ini sikap kita sudah seimbang dengan alam? dengan satwa di luar sana? apa kita sudah adil? sudah? Jika diperkecil, hingga fokus ke diri saya sendiri, sayapun takut dan menggigil menghadapi dunia milik-NYA semata; sekalinya air laut membuncah; kita akan mati. Sekalinya gunung meletus, mengeluarkan debu vulkanik; kita akan mati. Sekalinya virus menyebar, dan tertanam di dada-dada; kita akan mati. Merenungkan ini semua; seperti akan tertuju ke sesuatu yang pasti; kematian. Apakah kita sebagai makhluk kecil ini, sudah siap menghadapi kematian? Saya seperti ingin menarik terus diri ini, mensyukuri apapun hal yang sudah atau akan terjadi. Manis, pahitnya di dunia seperti bumbu-bumbu sementara yang tidak akan selamanya saya rasakan kelak. Saya berdamai dengan hati dan pikiran yang selama bertahun-tahun tidak sepenuhnya satu suara, kini mereka tahu akan tujuan yang membawa ruh ini kelak, saya semakin yakin bahwa apa yang saya lihat sekarang, hanyalah sebuah visual serta gambaran samar saya akan dunia, mencoba merasakan bahagianya mendengar detak jantung normal, menarik dan menghembuskan napas dengan normal, berjalan dengan normal, melihat dengan normal, menulis dengan normal, hingga hal lainnya yang ternyata tanpa kita sadari, kita lupakan begitu saja. Saya begitu bersyukur ditemukan kembali keluarga baru, mencoba merutinkan diri untuk ber-tadabbur, menghargai semua kasih sayang, meluangkan waktu untuk berdiam diri, dan segala hal kecil lainnya. Semoga pembuka di awal tahun ini, tidak membuat kita semua putus asa. Karena, sejatinya, kita dilahirkan dan diberikan waktu oleh Tuhan di dunia; hanyalah menghadapi ujian-ujian yang tiada hentinya. Semoga kita selalu teguh dan kuat terus berjalan, hingga nanti siap untuk berhenti.
1 Comment
|
Siva armandaHigh Spirit in person, Media Studies appreciator, Archives
March 2024
SIVA. |