Negeri Anda sangat subur, ya. Banyak pohonnya Kopi Arabica (Coffea Arabica), salah satu komoditi unggulan yang menjadi penyangga perekonomian rakyat di Dataran Tinggi Gayo Mantra kopi merupakan wujud komunikasi para petani dengan tanaman kopi. Saat mereka mulai menanam dan memasukan akar ke dalam tanah, mulailah mereka berkomunikasi Tamu disajikan semangkok kopi pahit ditambah potongan-potongan kecil gula aren Berikut beberapa kutipan yang saya baca, pada bagian-bagian terpisah dalam buku 'Hikayat Negeri Kopi' karya Muhammad Syukri. Buku ini merupakan buku favorit saya, karena kerap saya mengulangi setelah sepekan selesai membaca. Tulisan beliau sangat menarik, cerdas karena pada dasarnya beliau, Muhammad Syukri, sangat aktif menulis opini pada beberapa media cetak lokal. Dan, titik pada tulisan beliau sangat terlihat kuat akan kegemarannya pada kopi. Kopi seperti menjadi inspirasi utama beliau dalam menulis, dari proses hulu hingga hilir, khususnya jenis kopi gayo asal Dataran Tinggi Gayo, Aceh, meliputi kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah yang merupakan kawasan kopi arabika terluas di Indonesia. Tidak dipungkiri, kerap saat membaca 'Hikayat Negeri Kopi' akan sedikit tergiur untuk menikmati setiap halaman dengan kopi hangat atau es kopi yang akan menstimulasi pemikiran, ditambah rasa penasaran yang begitu tinggi untuk mengunjungi 'Negeri Kopi' di Aceh, penghujung utara pulau sumatera, provinsi paling barat di Indonesia. Let's Having A Cup of Coffee to Start Your DayJudul Buku : Hikayat Negeri Kopi Penulis : Muhammad Syukri Penerbit : PT Gramedia Widiasarana, Indonesia Tahun : 2016 Jumlah Halaman : 301 hlm. Rate : 4/5 Kopi. Kopi. Kopi Coffee. Coffee. Coffee Layaknya sebuah mantra kecil yang dapat membantu kita semua kembali bersemangat melakukan aktivitas, merubah kelesuan menjadi pemicu, membentuk indra perasa semakin peka, itu lah magisnya secangkir kopi yang diibaratkan oleh Muhammad Syukri sebagai mahakarya dengan cita rasa istimewa. Saya penikmat buku, juga penikmat teh serta kopi, meski tidak bisa dibilang saya penggemar berat keduanya, tapi saya bisa menikmati kedua minuman tersebut sebagai teman bekerja, sarapan pagi atau penghangat tubuh pada saat asik membaca di daerah yang cukup dingin. Saya cukup candu dengan kopi semenjak kuliah sarjana dikarenakan keadaan. Keadaan untuk begadang melakukan tugas-tugas kampus, mengikuti serangkaian acara Badan Eksekutif Mahasiswa, mengerjakan tugas bagian dokumentasi hingga ajang kumpul bersama para dosen atau mahasiswa lainnya yang selalu ditemani dengan secangkir kopi. Budaya itu menjalar hingga saya bekerja. Buku 'Hikayat Negeri Kopi' melengkapi dua hal yang saya gemari, buku serta kopi. Buku Kopi. Yang menjabarkan beberapa proses-proses menyenangkan mengenai kopi. Mari perhatikan pada bagian daftar isi yang cukup menggugah, Muhammad Syukri membagi menjadi lima bab, mengenai; Gaya Hidup, Para Pejuang, Manfaat, Kopi Gayo, dan Realita, yang dipisahkan kembali menjadi sub-bab sub-bab. Pada setiap bab bisa disimpulkan semuanya sangat menarik untuk orang yang awam ilmu mengenai per-kopi-an seperti saya. *nyeruput pelan Kopi Toraja hasil hibahan teman* Awal pada bagian buku 'Hikayat Negeri Kopi', penulis menelisik pembaca mengenai kegunaan kafe dan warung kopi sebagai ruang pertemuan, uniknya tidak serta merta menjelaskan kebaikan serta manfaat kopi, atau sejenisnya. Penulis melihat bahwa fenomena warung hingga kafe yang menyajikan kopi sudah bergeser menjadi sebuah ruang publik dengan segala hal kegunaannya. Animo pengunjung warung kopi tidak lagi mutlak disebabkan rasa dan aroma kopi yang disajikan, namun, jika teman semua perhatikan, penyebab menjamur nya kopi serta kafe kekinian di tahun 2018 sudah cukup lama diungkapkan Muhammad Syukri, bahwa fungsional warung kopi lebih dipengaruhi oleh keinginan untuk berinteraksi. Ruang publik yang diberikan kafe kekinian, warung kopi memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk ngobrol seru, atau melepas kepenatan setelah dibebani pekerjaan yang cukup berat, melepas lelah dengan secangkir kopi serta bercengkrama dengan rekan, melalui bahasa informal merupakan pelarian yang baik. Pada bab selanjutnya, Muhammad Syukri, lebih mempertajam tulisannya dengan membahas Grade kopi yang layak di minum, tradisi warga Gayo di Aceh Tengah menyajikan Espresso kepada para tamu pada hari raya lebaran, tradisi cara ngopi ala kertop, hingga belajar meracik kopi dengan para pakar barista top asal Indonesia. Seluk beluk yang dijabarkan penulis sangat menarik dengan tendensi naik turun, ditambah kerap beberapa kali penulis menyemangati pembaca untuk berkunjung ke Takengon, seperti; 'Selamat mencoba tradisi minum kopi ala kertop, tradisi abadi dari Dataran Tinggi Gayo, Aceh Tengah. Ingin mendapat sensasi yang luar biasa? Datanglah ke Takengon' 'Pembaca ingin menikmati espresso gratis sepuas-puasnya? Berkunjunglah saat Lebaran ke Tanoh Gayo. Anda akan mencicipi espresso berbahan baku specialty coffee dari biji longberry atau peaberry....' Dan, masih banyak rangkaian kalimat lainnya yang menimbulkan hasrat untuk bergegas berkunjung ke Aceh, berburu green bean murni asli dan mencicipi capuccino buatan barista Takengon yang melegenda. Muhammad syukri tidak lupa menyisipkan pada setiap sub-bab dokumentasi-dokumentasi menarik yang menampilkan visualisasi mengenai proses menanam kopi, gambar kopi dengan kualitas tinggi, packing kopi gayo, gambar SRG (sistem resi gudang) untuk kelangsungan kopi Gayo di Aceh Tengah, hingga berbagai foto para penyuka kopi Gayo yang langsung mendatangi pusat pengolahan kopi. Berbagai penjelasan pada setiap dokumentasi akan melengkapi rasa penasaran pembaca buku 'Hikayat Negeri Kopi' mengenai situasi dunia per-kopi-an khas Tanoh Gayo, Aceh Tengah, Indonesia. Sejauh ini, kurang lebih saya mengetahui dasar keilmuan mengenai kopi, khususnya kopi asal Aceh, yang selama bertahun-tahun sudah mempatenkan dirinya sebagai ikon pariwisata Indonesia. Terima kasih atas tulisannya, Bapak Muhammad Syukri, yang membuka pengetahuan mengenai kopi. Mari baca kopi! If this is coffee, please bring me some tea; but if this is tea, please bring me some coffee. - Abraham Lincoln
0 Comments
'Have a good tea everyone'![]() Hello. Perkenalkan nama saya Siva Armanda. Saya memiliki kegemaran membaca novel-novel lokal, biography, dan banyak buku lainnya yang saya kira mudah didapatkan di mana saja. Mengandalkan akses mudah internet, Click and Pay, seharusnya tidak menghalangi orang seperti saya untuk mendapatkan buku-buku lokal, atau mendatangi toko buku terdekat, swasta maupun independen. Saya memiliki kegemaran membaca dapat diukur semenjak sekolah dasar, karena saat taman kanak-kanak gairah untuk memahami huruf alfabet saya masih minim, saya terlalu fokus dengan visualisasi maupun grafis, sehingga keterlambatan saya untuk membaca molor hingga duduk di bangku sekolah dasar kelas 2. Tidak serta merta mengalahkan semangat saya untuk menyelam membaca, mau itu berjeniskan surat kabar, pamflet, iklan di billboard, hingga kandungan bahan-bahan di belakang sampo dan sabun. Keheranan saya memahami kata-kata pada setiap tulisan, saya serbu dengan membaca banyak buku hasil referensi. maupun mencari sendiri. Sebagai perkenalan awal, salam kenal untuk semua dan... Mari memulai resensi kecilJudul Buku : Teh Punya Cerita Penulis : Bintang Suhadiyono Penerbit : Bintang Suhadiyono Tahun : 2017 Jumlah Halaman : 84 hlm. Rate : 4/5. [INGAT] Ini komik, atau berjeniskan novel grafis maupun cergam (cerita bergambar). Bagi yang menyukai visual serta tulisan, saya rekomendasi penuh membaca buku ringan ini, jangan lupa di nikmati dengan secangkir teh hangat dan roti sebagai teman cemal-cemil. Teh Punya Cerita. Sang empu penulis, Bintang Suhadiyono, menggambar serta menulis mengenai teh berdasarkan refleksi kehidupan sehari-hari nya menikmati teh. Teh menjadi objek utama, serta masyarakat dan pembaca yang doyan ngeteh menjadi subjek atau sasaran dalam menikmati teh berbalut komik. Sang penulis mendeklarasikan kesukaan pada teh, berjenis teh wangi solo yang panas, dan legi pada awal komik ini di buka, menjadi minuman favorit nya semenjak kecil hingga sekarang. Bintang Suhadiyono, membawa tema teh menjadi karaketristik nan unik dalam menyajikan teh sebagai starter, main course dan dessert. Pembaca akan merasa penuh dan kenyang membayangkan dapat mencicipi teh dari berbagai belahan dunia. Sedap sekali!. Mundur selangkah guna mendalami sedikitnya perjalanan teh menuju tujuannya menjadi salah satu lika liku unsur budaya, hingga gaya hidup. Alur cerita yang menyegarkan, membawa pembaca menikmati setiap proses teh yang terjadi di dunia. Tidak luput, sejarah teh desain pembungkus teh di Indonesia yang memberikan warna serta keunikan teh produksi hasil sendiri, maupun bawaan dari unsur budaya luar memperkaya isi komik sederhana ini. Indonesia, menurut penulis, memiliki banyak jenis teh yang bermacam-macam, ambil contoh teh dari jawa tengah seperti teh tjatoet (tegal), teh gopek (slawi), teh gardoe (solo) dan sebagainya. Saya setuju dengan ungkapan penulis bahwa minuman teh dapat menciptakan interpretasi personal, karena minuman layaknya teh sudah menjadi pangan keseharian masyarakat, dapat pula membentuk kenangan, kenikmatan, serta kebahagiaan. Sejauh ini, saya menyukai novel grafis karya Bintang Suhadiyono. Peletakan setiap kolum cerita tidak susah dibaca, topiknya menarik karena berhubungan langsung dengan kebudayaan di indonesia yang sangat menyukai teh (sehingga mudah di terima). Bintang Suhadiyono kerap mengungkapkan bahwa, 'Kalau suka tak apa-apa, kalau tak suka tak masalah. Mau yang panas, dingin, diminum, dimakan sekalipun. Apapun itu, Bolehlah sama-sama setuju sama satu hal... puas dan bahagia karena teh' Saya menjadi semakin tertarik apabila penulis bisa memperluas ilmu nge-teh nya tersebut mencangkup keseluruhan teh di Indonesia, bagaimana rasa asli teh dari wilayah-wilayah indonesia lainnya? tetap kenthel, legi layaknya teh hitam solo? wangi dan manis? tentu memperlukan riset karena banyak dan berjenis-jenis. Tentu seru membuat roadmap teh Indonesia!. Teh punya Cerita seperti dapat menegur saya bahwa ilmu saya bisa dibilang 0 dalam dunia per-teh-an, maupun per-kopi-an, sehingga menumbuhkan minat saya mengetahui lebih dalam lagi mengenai teh. Saya pernah berkunjung ke PTP Nusantara VIII, Perkebunan Gunung Mas, Bogor, Jawa barat melihat proses pembuatan teh tradisional bercampur dengan daya teknologi tinggi (tahun 2003). Saya kagum, karena memang proses teh itu sulit, butuh kesabaran serta ketelatenan dalam memilah-milah pucuk teh yang berkualitas, hingga mengamati secara langsung petani teh yang lihai memilih daun teh segar. Memori tersebut mengingatkan masa kecil saya, selepas berkunjung saya diberikan teh panas mengepul oleh pihak pabrik untuk dinikmati, dan diberikan sekantung kecil teh hasil olahan untuk dibawa pulang. Rasa teh nya? Saya kecil tidak menyukai rasa pahit, tapi saya terus teringat bahwa sungguh nikmat meminum segelas kecil teh bersama teman sekolah pada masa itu. Mungkin harus diulangi kembali kunjungan nya? ( ´ ▽ ` )ノ
|
Siva armandaHigh Spirit in person, Media Studies appreciator, Archives
March 2024
SIVA. |